Catitan-catitan seterusnya boleh didapati dalam buku kami yang akan dicetak nanti. Segala kritikan yang ilmiah kami terima dengan berlapang dada atas diskusi akademik.
Pelurusan Pertama :
العالم قديم
بالنوع حادث الاحاد والافراد
Syaikh Murad Syukri menolak adanya pemahaman Ibnu
Taimiyyah yang mengatakan
:
(
العالم قديم بالنوع حادث الاحاد والافراد) “ Alam itu bersifat qadim /
azali dengan jenisnya namun satuan-satuannya
(materi-materinya) bersifat baru “. Sebelum kita bantah penolakan syaikh Murad,
kami akan jelaskan secara ilmiyyah apa maksud dari ucapan Ibnu Taimiyyah
tersebut dan nanti akan kita buktikan kebenaran adanya ucapan Ibnu Taimiyyah
tersebut dalam kitab-kitabnya.
Penjelasan :
Ucapan : “ Alam itu bersifat qadim / azali dengan jenisnya namun satuan-satuannya
bersifat baru (
العالم قديم بالنوع حادث الاحاد والافراد)
“, adalah kesimpulan dari pemahaman Ibnu Taimiyyah tentang kewujudan alam ini.
Maksud ucapan Ibnu Taimiyyah tersebut secara Mafhum Muwafaqahnya adalah
bahwa alam yang kita saksikan ini terwujud setelah ketidak adaan dzat alam
tersebut. Artinya sebelum adanya alam ini, telah ada alam lain sebelumnya atau
makhluk lain sebelum adanya makhluk yang sekarang ini. Dan sebelum adanya
makhluk atau alam tersebut, telah ada makhluk dan alam lainnya demikian
seterusnya tanpa adanya permulaan. Inilah makna : “ Alam atau makhluk itu bersifat qadim / azali dari segi jenisnya (العالم قديم
بالنوع).
Adapun makna “ Satuannya (materi) bersifat baru (حادث الاحاد
والافراد) “ adalah bahwa setiap makhluk alam yang wujud adalah
bersifat baru, sebab sebelumnya telah ada alam atau makhluk lainnya. Maka dari
segi satuannya bersifat baru namun dari segi jenisnya bersifat qadim.
Inilah pemahaman sebenarnya yang
diyakini selama ini oleh syaikh Ibnu Taimiyyah, jika para pengikutnya menolak
pemahaman beliau ini, justru benar-benar telah berbuat dzhalim kepada Ibnu
Taimiyyah sendiri.
Jawaban :
Kaum Mujassimah dan para pengikut buta Syaikh Ibnu Taimiyyah, menolak habis-habisan ucapan Ibnu Taimiyyah ini, mereka
mengatakan bahwa ini adalah fitnah yang dilontarkan kepada Syaikh Ibnu
Taimiyyah. Ini adalah kedustaan atas nama syaikh Ibnu Taimiyyah. Beliau sama
sekali tidak mengatakan alam ini bersifat qadim.
Kita katakan pada mereka : Wahai para
pentaqlid Ibnu Taimiyyah, boleh-boleh saja kalian mengatakan seperti itu, namun
fakta tidak akan pernah musnah dan kebenaran akan terus menang dan kebathilan
akan tumbang. Memang Ibnu Taimiyyah tidak mengatakan secara langsung bahwa alam
ini bersifat qadim, namun jika anda mengkaji penjelsan-penjelasannya secara
mendalam, anda akan mengatahui penjelasan secara sisi yang lain yang
menyimpulkan bahwa Alam ini bersifat qadim secara jenisnya. Kebenaran adanya
ucapan syaikh anda itu memang benar ada dalam beberapa kitab-kitab karyanya
sendiri bahkan di banyak tempat ia mengatakan seperti itu. Cukup jelas dan
terang maksud dan maknanya, bagaikan terangnya sinar Matahari di siang hari.
Nash Pertama :
Ibnu Taimiyyah mengatakan setelah
panjang lebar menjelaskan makna dan pembagian tasalsul (kesinambungan) :
وجوابه أن يقال أتعنى بالأمور المعتبرة الأمور المعتبرة في جنس
كونه فاعلا أم الأمور المعتبرة في فعل شيء معين أما الأول فلا يلزم من دوامها دوام
فعل شيء من العالم وأما الثاني فيجوز أن يكون كل ما يعتبر في حدوث المعين كالفلك
وغيره حادثا ولا يلزم من حدوث شرط الحادث المعين هذا التسلسل بل يلزم منه التسلسل
المتعاقب في الآثار وهو أن يكون قبل ذلك الحادث حادث وقبل ذلك الحادث حادث وهذا
جائز عندهم وعند أئمة المسلمين وعلى هذا فيجوز أن يكون كل ما في العالم حادثا مع
التزام هذا التسلسل الذي يجوزونه
“ Jawabannya bisa dikatakan : Apakah
yang dimaksud dengan perkara-perkara yang diangap adalah perkara-perkara yang
dianggap dalam jenis sebagai pelaku atau perkara-perkara yang dianggap di dalam
melakukan sesuatu yang tertentu ? adapun yang pertama, maka kedawaman perkara
itu tidak mengharuskan kedawaman melakukan sesuatu dari alam ini. Adapun yang
kedua, maka setiap perkara yang dianggap di dalam mengadakan perkara tertentu
seperti falaq atau lainnya, boleh bersifat baru. Dan di dalam mengadakan syarat
perkara baru tertentu itu tidak harus adanya tasalsul ini (kesinambungan) akan tetapi harus adanya tasalsul (kesinambungan) yang bergantian
di dalam efektifitas yaitu keharusan adanya perkara baru (makhluk) sebelum
munculnya perkara baru itu, dan sebelum adanya perkara baru itu harus adanya
perkara baru lainnya. Hal ini disahkan oleh mereka dan juga oleh para imam kaum
muslimin. Atas dasar ini, maka sah saja setiap apa yang ada di alam ini
bersifat baru dengan disertai adanya tasalsul (kesinambungan) yang mereka
sahkan ini “.[1]
Cukup jelas di situ Ibnu Taimiyyah
dengan terang mengatakan bahwa kesinambungan/berterusan (tasalsul) di dalam efektifitas
pada masa lalu itu tidak ada permulaannya. Bahkan ia mengklaim hal itu disahkan
/ disepakati oleh para imam kaum muslimin.
Dari penjelasan Ibnu Taimiyyah
tersebut, didapati bahwa ada perbedaan antara tasalsul fil aatsar
(kesinambungan di dalam efektifitas di masa lalu) dan tasalsul fimaa laa yazaal
(kesinambungan di masa mendatang). Yang kedua ini jelas boleh bukan yang
pertama. Siapakah dari imam kaum muslimin yang mengatakan tasalsul fil aatsar
dengan makna yang dijelaskan oleh Ibnu Taimiyyah itu??
Sudah hal yang maklum bahwa setiap efek
pasti ada sebab yang mendahului atau menyertainya, maka jika Ibnu Taimiyyah
mengatakan boleh adanya kesinambungan di dalam efek pada masa lalunya yakni
tidak ada perkara baru kecuali sebelumnya ada perkara baru di masa lalunya
(bukan : tidak ada perkara baru kecuali setelahnya ada perkara baru), maka dia
telah mengadakan kesinambungan di dalam illat (sebab) yang tidak ada awalnya di
masa lalunya, padahal kesinambungan di dalam illat di masa lalunya sepakat
bathil adanya. Maka bagaimana Ibnu Taimiyyah bisa mengatakan di sini dengan
sesuatu yang mengharuskannya?
Nash Kedua :
Ibnu Taimiyyah mengatakan :
وقد يراد بالتسلسل في حدوث الحادث المعين أو في جنس الحوادث أن
يكون قد حدث مع الحادث تمام مؤثره وحدث مع حدوث تمام المؤثر المؤثر وهلم جرا ،
وهذا أيضا باطل بصريح العقل واتفاق العقلاء وهو من جنس التسلسل في تمام التأثير
فقد تبين أن التسلسل إذا أريد به أن يحدث مع كل حادث حادث يقارنه
يكون تمام تأثيره مع الآخر حادث وهلم جرا فهذا ممتنع وهو من جنس قول معمر في
المعاني المتسلسلة وإن أريد به أن يحدث قبل كل حادث حادث وهلم جرا فهذا فيه قولان
وأئمة المسلمين وأئمة الفلاسفة يجوزونه
“ Terkadang yang dimaksud dengan
kesinambungan di dalam terjadinya perkara baru yang tertentu atau di dalam
jenis perkara baru adalah terjadinya kesempurnaan pelakunya yang bersamaan
dengan perkara baru itu dan bersamaan dengan kesempurnaan pelaku terjadi juga
pelaku lainnya dan seterusnya. Ini juga bathil menurut akal sehat dan
kesepakatan orang berakal, dan ini disebut kesinambungan di dalam kesempurnaan
efektifitas.
Telah jelas, bahwa kesinambungan jika
yang dimaksud adalah terjadinya perkara baru dengan perkara baru yang
menyertainya, maka kesempurnaan efektifasinya menjadi bersifat baru dan
seterusnya, maka ini terlarang dan ini termasuk jenis apa yang diucapkan
Mu’ammar di dalam makna-makna tasalsul. Dan jika
yang dimaksud adalah sebelum terjadinya perkara baru telah terjadi perkara baru
dan seterusnya, maka ucapan ini ada dua pendapat, dan para imam muslimin dan
orang-orang falsafah membolehkan hal ini “.[2]
Ini satu nash lainnya yang begitu jelas
bahwa Ibnu Taimiyyah mengatakan adanya tasalsul (kesinambungan) makhluk di masa
azalinya yakni tidaklah ada atau terjadi suatu makhluk terkecuali sebelumnya
telah terjadi makhluk dan seterusnya sampai tak ada permulaannya.
Nash ketiga :
Ibnu Taimiyyah selanjutnya mengatakan :
فإن كل مفعول فهو محدث فكل ما سواه مفعول فهو محدث مسبوق بالعدم
فإن المسبوق بغيره سبقا زمانيا لا يكون قديما والأثر المتعقب لمؤثره الذي زمانه
عقب زمان تمام مؤثره ليس مقارنا له في الزمان بل زمنه متعقب لزمان تمام التأثير
كتقدم بعض أجزاء الزمان على بعض وليس في أجزاء الزمان شيء قديم وإن كان جنسه قديما
بل كل جزء من الزمان مسبوق بآخر فليس من التأثيرات المعينة تأثير قديم كما ليس من
أجزاء الزمان جزء قديم
“ Karena setiap objek adalah bersifat
baru, dan setiap selain Allah adalah objek, maka objek itu bersifat baru yang
didahului dengan ketidak adaanya. Karena perkara baru yang didahului dengan
selainnya secara zaman, tidaklah disebut qadim (maha dahulu). Dan atsar
(efektifitas) yang berurut oleh pelakunya yang zamannya setelah zaman
kesempurnaan pelakunya, tidaklah berbarengan zamannya. Akan tetapi zamannya
terjadi setelah zaman kesempurnaan pelakunya, seperti terdahulunya sebagian
dari bagian zaman atas sebagian zaman lainnya. Dan
pada sebagian zaman tidak ada sesuatu yang bersifat qadim meskipun jenisnya
bersifat qadim, bahkan setiap bagian dari zaman didahului dengan
zaman lainnya. Pada efektifitas tertentu tidak ada efektifitas yang bersifat
qadim sebagaimana tidak adanya bagian yang bersifat qadim pada bagian-bagian
zaman “.[3]
Redaksi Ibnu Taimiyyah ini begitu jelas
menyatakan adanya kesinambungan atsar (efektifitas) dalam masa lalu. Namun
dalam redaksi ini ia juga mengatakan bahwa zaman itu bersifat qadim tidak ada
permulaan bagi wujudnya zaman, setiap bagian dari bagian-bagian zaman bersifat
baru namun jenisnya bersifat qadim. Inilah realita dari pemahaman yang diyakini Ibnu
Taimiyyah yang begitu jelas dan mudah ditemukan dalam kitab-kitab karyanya
sendiri.
Assalamualaikum,
ReplyDeleteSaya masih sukar memahami maksud bantahan di atas ini
Ustaz sekadar membahaskan maksud tasalsul dan mengklaim Ibnu Taimiyah menyakini alam ini qadim tapi tidak menjawab tuntas hujah syaikh Murad
Bantahan Syaikh Murad lebih berkualiti, mungkin bapak bisa menjawab point-point ini dengan lebih tuntas
1. Nukilan2 eksplisit dari kitab Ibnu Taimiyah menafikan sifat qadim bagi alam.
2. Kritikan Ibnu Taimiyah kepada Ibnu Sina dan ahli falsafah tentang isu ini
3. Pandangan ar-Razi yang juga menyakini alam ini qadim
Kita tidak perlu mendapatkan perkataan eksplisit seseorang jika kita mahu faham maksud seseorang itu, kami berikan contoh:
Deletesituasinya, hari ni hari rabu 3/9/2013
1- yusof kata 2/9/2013 dia pulang ke kampung
salahkah jika ada orang kampung kata semalam yusof pulang ke kampung?
Salahkah jika ada orang kata hari selasa yusof pulang ke kampung?
begitulah analogi mudah kami boleh berikan berkenaan kaedah Ibnu Taimiyah yang kadangkala berlaku tanaqudh.
Wallahualam..
Dan juga premis hujjah dalam artikel ini adalah menjawab penulis yang mengatakan Ibnu Taimiyah difitnah, maka ini tidka ada kaitan dengan ar razi dan ibnu sina, itu premis yang berbeza.
DeleteWallahualam
1.Ya, hujah implisit memang valid bilamana tidak bercanggah dengan hujah eksplisit. Dan bila berlaku percanggahan, hujah implisit tidak dengan terus menjadi bukti kebenaran
DeleteSebagai contoh dalam analogi tersebut, hujah eskplisit (kata-kata Yusof sendiri) dan hujah orang kampung selari. Jadi tidak ada masalah.
Yang jadi masalah bila orang kampung mengklaim yusof balik pada hari selasa sedangkan Yusof sendiri kata dia balik pada 2/9/2013 dan kita mengambil keputusan mudah orang kampung mesti betul dengan alasan hujah implisit pun boleh jadi benar
Sepatutnya kajian lanjut perlu diperhatikan dan tidak boleh terus menyatakan hujah orang kampung itu benar
2. Artikel ini dengan yakin dan pasti membuktikan Ibnu Taimiyah menyakini alam ini qadim. Jika dari awalnya mereka katakan ia sebagai tanaqudh, maka jadilah artikel ini sebagai pembanding dan bukannya menjawab terus penulisan Syeikh Murad
3. Sepatutnya artikel ini mengambil berat bantahan Ibnu Taimiyah kepada Ibnu Sina dan ar-Razi sebab disitu letak pernyataan jelas ibnu taimiyah membantah pegangan alam ini qadim. Point disini bukanlah Ibnu Sina atau Ar-Razi, tapi pernyataan Ibnu Taimiyah sendiri. Bilamana ARG mendiamkan pernyataan Ibnu Taimiyah tentang isu ini, maka ini akan memberikan persepsikepada pembaca bahawa ARG bersikap ‘selektif’ dalam memberikan kefahaman sebenar Ibnu Taimiyah dalam hal ini
4. InsyaAllah artikel ini akan dijawab semula oleh seorang ustaz kenalan saya dan dia berterima kasih dengan penulisan ilmiah seperti ini. Maka saya harapkan buku menjawab ini disiarkan secara penuh di blog ini dan bukannya separa-para supaya menjadi manfaat kepada pembaca di internet insyaAllah
5. Saya mencadangkan supaya artikel ini menjadi lebih kualiti dengan membantah
a) Pernyataan jelas dari kalam Ibnu Taimiyah sendiri menafikan alam ini qadim. Antaranya dari kitab as-Safadiyah dan kitab-kitab yang lain
b)Pernyataan Ibnu Taimiyah ketika mengkritik ar-Razi dan Ibnu Sina( yang mana mereka menyakini alam ini qadim)
InsyaAllah, artikel ini akan menjadi lebih ilmiah.
1- Jadi tidak perlu kepada hujjah eksplisit dan anda bersetuju dengannya.
Delete2- Artikel ini menjawab dan ia bukan pembanding semata-semata kerana mereka mengatakan Ibnu taimiyah difitnah, walhal mereka mendiamkan penulisan Ibnu Taimiyah disisi kitab yang lain. jadi,tuduhan mereka mengatakan Ibnu Taimiyah difitnah adalah tidak benar.
3- Kami tidak perlu berbicara tentang Ibnu sina Dan ar Razi kerana itu premis yang berlainan, disini perbahasannya adalah adakah benar Ibnu Taimiyah difitnah? dan kita tahu bahawa beliau tidak difitnah.
4- Kami tidak sabar membaca jawaban dari kenalan anda itu, pastikan tulisannya ilmiah dan menjelaskan tanaquth yang berlaku ini (jika ada), kebanyakan tulisan yang kami jumpa mereka memetik kalam Ibnu taimiyah satu tempat yang menafikan tetapi mereka mendiamkan satu tempat lain yang Ibnu Taimiyah Ithbat. Dan pesan juga supaya jangan lari topik dengan heret ibnu sina dan ar razi, itu premis yg berlainan.
5- Pernyataan jelas di kitab lain yang bertentangan dengan perkataan di kitab yang lain itu namanya Tanaqudh. Kami tak perlu menjelaskan mengapa Ibnu taimiyah menafikan alam ini qadim dan satu kitab yg lain menunjukkan Alam ini seoalh-olah qadim, itu tanaqudh yg bukan beban kami menjelaskan perkara itu, kami disini hanya menjelaskan bahawa Ibnu Taimiyah tidak difitnah.
Insya Allah, kami menunggu jawaban balas yang ilmiah, bukan soalan-soalan yang membuang masa kami. Insya Allah. terima kasih kerana akan menjawab dengan ilmiah, kami harapkan selepas ini komen saudara adalah memberikan link jawaban kepada kami.
1. Saya katakan hujah implisit menjadi bukti bilamana tidak bercanggah dengan hujah eskplisit. Anda bawakan pernyataan Yusofsendiri dalam analogi anda tapi tidak dibawa satu pun penjelasan eksplisit dari Ibnu Taimiyah. Maka analogi anda terbatal. Ini dibuktikan lagi apabila anda sendiri menjelaskan tidak perlu kalam eskplisit
Delete2. Artikel ini hanya pembanding dimana ia membawakan nukilan lain dari kitab Ibnu Taimiyah dan bukannya menjawab nukilan satu persatu dari Syaikh Murad. Jika anda katakan ia sebagai menjawab, maka saya juga berpandangan Syaikh Murad telah menjawab tuduhan alam ini qidam yang dibawa oleh musuh Ibnu Taimiyah. Jadi bagi saya, kedua-dua artikel samada dari Syaikh Murad dan artikel ini hanyalah membawakan hujah-hujah yang berasingan, bezanya nukilan syeikh Murad lebih kualiti kerana dia membawakan pernyataan Ibnu Taimiyah yang eksplisit
3. Sekali lagi anda perlu faham kenyataan di atas. Dalam link Syaikh Murad, dibawakan pernyataan Ibnu Taimiyah membidas Ibnu Sina. Bidasan ini perlu dibahas kerana itu menunjukkan pegangan Ibnu Taimiyah berkenaan masalah qidamnya alam. Kritikan ARG pada Ibnu Taimiyah adalah persis kepada kritikan Ibnu Taimiyah kepada Ibnu Sina. Isu masalah yang dibahaskan bukan siapa yang dibahaskan. Jadi ini bukan topik yang berlainan. Jadi kalau benar-benar ingin memberikan kefahaman menyeluruh, perlu dikaji dengan tuntas. Adapun berkenaan ar-Razi, saya bersetuju ia bukan topik disini.
4. InsyaAllah, tulisannya akan ilmiah dan dia menunggu jawapan penuh dari pihak ARG. Jadi harapannya agar dipublish penuh diblog ini dan bukan hanya sebahagian sebab tidak semua mahu membeli buku. Dan menurutnya, hujah ARG berkenaan topik ini telah dibahas oleh al-Harari dan jawapannya telahpun ada dalam bahasa arab. Hanya perlu dibahas dalam bahasa melayu insyaAllah
5. Alhamdulillah, jelas artikel ini ingin menjawab tuduhan fitnah yang diberikan kepada anti-Ibnu Taimiyah dan bukannya sekadar mengatakan berlaku tanaqudh. Cadangan saya, ada baiknya disebutkan ia adalah tanaqudh pada bahagian artikel supaya menjadi jelas insyaAllah. Sebab ada beza antara keduanya. Bila ARG telah mengiktiraf ia sebagai tanaqudh, maka secara otomatik anda mengiktiraf nukilan syaikh Murad sebagai tepat.
6. Saya harapkan sikap positif dan adab yang baik dari pihak ARG. InsyaAllah, soalan-soalan yang baik adalah untuk difahami dan bukannya dianggap ‘membuang masa’. Sebab saya sendiri datang ke sini dengan tujuan melihat hujah dan argument. Mari kita kekalkan adab dialog yang baik demi kebenaran. InsyaAllah.
Kami akan ulas kenyataan dengan lebih panjang lagi jika sahabat anda itu telah tuliskan jawapan penuh terhadap kenyataan kami ini, Insya Allah, kami akan balas dengan ilmiah. Kami menunggu, dan jangan biar kami menunggu berbulan-bulan. okay, selamat maju jaya. :)
DeleteSetelah ARG publish kesemua artikel, ustaz tersebut akan meneliti hujah-hujahnya dengan lebih detail. Saya pun tak pasti apakah ia mengambil masa berbulan atau lebih. Ia bergantung kepada masa yang ada padanya, insyaAllah.
DeleteAdapun saya sendiri ingin memahami isu ini dengan lebih detail. Saya harapkan ulasan dari ustaz al-Katibi pada soalan berkaitan tasalsul dibawah insyaAllah.
Para Penyelidik kami ada 3-4 kesemuanya, dan mereka sangat sibuk kerana mereka akan mengeluarkan jawapan-jawapan tentang artikel lain pula, disini sudah dipublishkan tentang jawaban tersebut, jika ustaz kenalan saudara itu mahu menjawab, silakan, kami akan balas dengan ilmiah, jika beliau merasakan artikel ini tidak cukup ilmiah, itu terpulang kepada penilaian masing-masing kerana agak mustahil mampu memuaskan hati semua orang.
DeleteJadi, sila tulis bantahan/catitan/jawaban atau apa-apa sahaja, kami akan menjawab semula. adapun bahagian kami, kami sudah menulisnya dan kelihatan jelas bahawa Ibnu Taimiyah tidak difitnah kerana memang wujudnya tuduhan yang dikenakan kepada Ibnu Taimiyah dan itu adalah pendirian Ibnu taimiyah yang perlu kita hormati pilihannya dalam kepercayaan beliau.
Silakan, kami menunggu cuma jika berbulan-bulan maka kami akan sedikit lewat menjawab artikel ustaz kenalan saudara kerana kami ada isu lain pula yang hendak difokuskan.
afwan
InsyaAllah
Deletekami masih menunggu jawaban dari rakan saudara...
DeleteInsyaAllah selepas kesemua 17 hujah balas diberikan, barulah ustaz itu akan publish satu persatu jawapannya, saya sendiri pun ragu bila agaknya akan dia siarkan kerana komitment dan kesibukan yang ada padanya, tidak apa, ARG teruskan saja dengan bantahan yang selanjutnya. Dan pohon juga jawab soalan2 di bawah supaya jelas kepada saya. Sebab saya masih tidak faham bagaimana tasalsul perkara yang lepas membawa kepada qadimnya alam. Mohon pencerahan.
DeleteJika begitu kita terpaksa lupakan sahaja jawaban dari ustaz itu kerana kami tidak akan publish kesemua jawaban dan hanya sampai pelurusan ketujuh sahaja. Selebihnya silakan tempahi buku kami di Malaysia jika berjaya dicetak kelak.
DeleteSeterusnya, saya harapkan juga bantahan kepada link-link berikut yang menjawab secara tuntas berkenaan Tasalsul al-Af'aal and Tasalsul al-Aathaar serta berkaitan dengan qidam nau'
ReplyDeletehttp://www.asharis.com/creed/articles/qcsxk-ibn-taymiyyah-compared-with-the-philosophers-exposing-abu-adam-al-naruijis-acade.cfm
Berkenaan dengan link ini:
Deletehttp://www.asharis.com/creed/articles/qcsxk-ibn-taymiyyah-compared-with-the-philosophers-exposing-abu-adam-al-naruijis-acade.cfm
Kami hanya akan menjawab apabila syubhah tersebut ditulis dalam bahasa yang orang awam faham di nusantara ini. Selain dari itu, kami tinggalkan sementara kerana kami lebih fokus kepada menjawab syubhah dikalangan masyarakat awam.
InsyaAllah, saya akan menulisnya dalam bahasa melayu dan akan berdiskusi disini bila masa mengizinkan
Deletesaya juga harapkan agar pihak ARG membacanya supaya hujah2 dari link itu dapat difahami dengan baik insyaAllah
DeleteSilakan..kami menunggu...
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSaya membaca berkaitan dengan tasalsul. Saya harap dapat dijelaskan dengan bahasa mudah supaya orang awam seperti saya bisa memahaminya
ReplyDeleteSedikit pertanyaan agar bisa dijabarkan
1. Apabila Ibnu Taimiyah mengesahkan berlakunya tasalsul kepada perkara yang lepas, bagaimana ia menjadi bukti bahawa alam ini qadim?
2. Dalam pernyataan terakhir, Ibnu Taimiyah mengatakan
“ Karena setiap objek adalah bersifat baru, dan setiap selain Allah adalah objek, maka objek itu bersifat baru yang didahului dengan ketidak adaanya. Karena perkara baru yang didahului dengan selainnya secara zaman, tidaklah disebut qadim (maha dahulu)
Dengan pernyataan ini, jelas alam tidak disebut sebagai qadim kerana setiap objek selain Allah adalah baharu
Kemudiannya Ibnu Taimiyah menjelaskan
"Dan pada sebagian zaman tidak ada sesuatu yang bersifat qadim meskipun jenisnya bersifat qadim, bahkan setiap bagian dari zaman didahului dengan zaman lainnya"
Ibnu Taimiyah menafikan qadim tapi menyatakan ia adalah jenis qadim
apakah 'jenis qadim' yang dimaksudkannya?
dibaca lagi dengan cermat artikel di atas...
ReplyDeletedibaca lagi artikel di atas dengan baik...
ReplyDelete