Kelopok Wahabi acapkali sering menuduh
Ahlisunnah wal Jamaah memiliki kesamaan dengan Syiah, baik yang mengamalkan
tarekat shufi maupun lainnya. Tuduhan tersebut hanya berdasarkan atas kebencian
Wahabi terhadap Ahlisunnah, agar ketika mereka disamakan dengan Syiah, maka
Sunni menolak dan mengikuti aliran Wahabi. Namun justru Wahabi sendirilah yang
memiliki banyak kesamaan dengan Syiah. Fakta-fatka tersebut akan kami urai
dalam artikel.
Mengkafirkan Sahabat
Dalam hadis-hadis sahih ditegaskan bahwa masa
sahabat adalah kurun waktu terbaik karena mereka hidup bersama Rasulullah Saw.
Namun berbeda bagi Syiah, menurut mereka para sahabat ada yang telah
kafir. Bagi Wahabi pula, manhaj ilmu mereka boleh hingga menyebabkan kafirnya sahabat kerana melakukan tawassul di makam
Rasulullah Saw !! Maksud dalam gambar dibawah adalah manhaj Ibn Baz menyebabkan sahabat menjadi kafir. Jadi wujud persamaan yang agak serasi manhaj ilmu Syiah dan Wahabi hingga boleh menyebabkan kekafiran Sahabat.
Kesahihan Atsar Istisqa Di Makam Rasulullah
Saw
Selain al-Hafidz Ibnu Hajar yang menilai
sahih, al-Hafidz Ibnu Katsir juga menilai sahih atsar di bawah ini:
البداية والنهاية لابن كثير - (ج 7 / ص 105)
وقال الحافظ أبو بكر البيهقي: أخبرنا أبو نصر
بن قتادة وأبو بكر الفارسي قالا: حدثنا أبو عمر بن مطر، حدثنا إبراهيم بن علي الذهلي،
حدثنا يحيى بن يحيى، حدثنا أبو معاوية، عن الاعمش، عن أبي صالح عن مالك قال: أصاب الناس
قحط في زمن عمر بن الخطاب فجاء رجل إلى قبر النبي صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول
الله استسق الله لامتك فإنهم قد هلكوا. فأتاه رسول الله صلى الله عليه وسلم في المنام فقال:
إيت عمر فأقره مني السلام واخبرهم أنهم مسقون، وقل له عليك بالكيس الكيس. فأتى الرجل فأخبر عمر فقال: يا رب ما آلوا إلا ما عجزت
عنه.
وهذا إسناد صحيح.
al-Hafidz adz-Dzahabi juga mengutip riwayat
tersebut dan beliau mendiamkannya tanpa komentar tentang kedlaifannya:
تاريخ الإسلام للذهبي - (ج 1 / ص 412)
وقال الأعمش، عن أبي صالح، عن مالك الدار قال:
أصاب الناس قحط في زمان عمر، فجاء رجل إلى قبر رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال:
يل رسول الله استسق الله لأمتك فإنهم قد هلكوا. فأتاه رسول الله صلى الله عليه وسلم
في المنام وقال: ائت عمر فأقرئه مني السلام وأخبره أنهم مسقون وقل له: عليك الكيس الكيس،
فأتى الرجل فأخبر عمر فبكى وقال: يا رب ما آلو ما عجزت عنه.
Terkait dengan keraguan Syaikh Bin Baz
bahwa ‘Rajul’ tersebut adalah sahabat, maka cukup dibantah dengan ketegasan
pernyataan al-Hafidz Ibnu Hajar bahwa ‘Rajul’ tersebut BENAR-BENAR Bilal bin
Harits:
فتح الباري لابن حجر - (ج 3 / ص 441)
وَقَدْ رَوَى سَيْف فِي الْفُتُوح أَنَّ الَّذِي
رَأَى الْمَنَام الْمَذْكُور هُوَ بِلَال بْن الْحَارِث الْمُزَنِيُّ أَحَد الصَّحَابَة
“Saif BENAR-BENAR meriwayatkan dalam
al-Futuh bahwa laki-laki yang melihat mimpi tersebut adalah Bilal bin Harits
al-Muzani, salah satu sahabat Nabi” (Fath al-Bari 3/441)
Jadi al-Hafidz Ibnu Hajar mengutipnya
dengan Shighat Jazm (tegas) yang menunjukkan bahwa riwayat tersebut adalah
sahih. Kecuali seandainya al-Hafidz Ibnu hajar mengutip dengan redaksi lemah
(Shighat Tamridl) seperti “Dikatakan”, “Diriwayatkan” dan lainnya.
Lebih layak mana antara al-Hafidz Ibnu
Hajar yang menilai sahih dan Syaikh Bin Baz, Syaikh Albani dan ulama Wahabi
lainnya yang menilai dlaif untuk kita terima?
Tidak cukupkah bagi pengikut Wahabi bahwa
kalimat Syaikh Bin Baz yang berbunyi:
وأن ما فعله هذا الرجل
منكر ووسيلة إلى الشرك
Menunjukkan bahwa apa yang dilakukan
sahabat tersebut mengarah (wasilah) pada syirik? Sementara wasilah memiliki
hukum yang sama dengan tujuannya….
للوسائل حكم المقاصد
Kepentingan Yahudi
Syiah secara diam-diam menjalin hubungan
yang erat dengan Yahudi. Demikian halnya ulama-ulama Wahabi memberi fatwa-fatwa
yang menguntungkan Yahudi. Diantaranya adalah fatwa Syaikh Albani:
ان على
الفلسطينيين ان يغادروا بلادهم ويخرجوا الاى بلاد اخرى وان كل من بقي في فلسطين
منهم كافر (فتاوى الالباني جمع عكاشة عبد المنان ص 18)
“Warga Muslim Palestina harus
meninggalkan negerinya ke Negara lain. Semua orang yang masih bertahan di
Palestina adalah kafir” (Fatawa al-Albani yang dihimpun oleh Ukasyah Abdul
Mannan, Hal. 18)
Fatwa Kontroversial ini membuat reaksi
keras dari berbagai kalangan di Timur Tengah. Sebagian pakar menganggap bahwa
logika yang dipakai oleh Albani, ulama Wahabi, adalah logika Yahudi, bukan
logika Islam, karena fatwa Wahabi ini menguntungkan Yahudi yang berambisi
menguasai negeri Palestina.
Begitu pula Syaikh Bin Baz, ulama
Wahabi. Tahun 1994 ia keluarkan fatwa yang membolehkan kaum Muslimin melakukan
perdamaian permanen, tanpa batas dan tanpa syarat dengan Yahudi. Fatwa ini
mendapat dukungan dari orang Yahudi, sehingga Simon Perez, Menlu Israil meminta
Negara-negara Arab dan kaum Muslimin agar mengikuti fatwa Bin Baz untuk
mengadakan hubungan bilateral dengan Israil. Fatwa ini dimuat di berbagai media
massa Timur Tengah seperti surat kabar harian Nida’ al-Wathan Lebanon edisi
644, surat kabar al-Diyar Lebanon edisi 2276, surat kabar al-Muslimun Saudi
Arabia dan harian Telegraph Australia.
Mengkafirkan Umat Islam
Umat Islam Ahlusunnah wal Jamaah adalah umat
Muslim mayoritas di Dunia setelah Rasulullah Saw wafat. Namun bagi kelompok
Syiah dan Wahabi, Ahlisunnah adalah kafir dan musyrik
Begitu pula pengikut Wahabi menghukumi
kafir dan musyrik pada umat Islam serta menghalalkan darah dan hartanya. Diambil dari kitab
فضائح الوهابية Syaikh Fathi Al-Mishri
Al-Azhari berkata::
قال مفتي الحنابلة الشيخ محمد بن عبد الله بن
حميد النجدي المتوفى سنة 1225 هـ في كتابه "السحب الوابلة على ضرائح
الحنابلة" ص 276 عن محمد بن عبد الوهاب :"فإنّه كان إذا باينه أحد وردَّ عليه ولم يقدر
على قتله مجاهرةً يرسل إليه من يغتاله في فراشه أو في السوق ليلاً لقوله بتكفير من
خالفه واستحلاله قتله" انتهى.
وقال مفتي الشافعية ورئيس المدرسين في مكة
أيام السلطان عبد الحميد الشيخ أحمد زيني دحلان في كتابه "الدرر السنية في
الرد على الوهابية" صحيفة 46 :"وكان محمد بن عبد الوهاب يقول:"إني
أدعوكم إلى التوحيد وترك الشرك بالله وجميع ما هو تحت السبع الطباق مشرك على
الإطلاق ومن قتل مشركًا فله الجنة" انتهى.
وكان محمد بن عبد الوهاب وجماعته يحكمون على
الناس (أي المسلمين) بالكفر واستباحوا دماءهم وأموالهم وانتهكوا حرمة النبيّ
بارتكابهم أنواع التحقير له وكانوا يصرحون بتكفير الأمة منذ ستمائة سنة وأول من
صرَّح بذلك محمد بن عبد الوهاب وكان يقول إني أتيتكم بدين جديد. وكان يعتقد أن
الإسلام منحصرٌ فيه وفيمن تبعه وأن الناس سواهم كلهم مشركون (انظر "الدرر
السنية" ص 42 وما بعدها).
وذكر المفتي أحمد بن زيني دحلان أيضًا في
كتابه "أمراء البلد الحرام" ص 297ـ298 أن الوهابية لما دخلوا الطائف قتلوا
الناس قتلاً عامًّا واستوعبوا الكبير والصغير والمأمور والأمير والشريف والوضيع
وصاروا يذبحون على صدر الأم الطفل الرضيع ويقتلون الناس في البيوت والحوانيت
ووجدوا جماعة يتدارسون القرءان فقتلوهم عن ءاخرهم ثم خرجوا إلى المساجد يقتلون
الرجل في المسجد وهو راكع أو ساجد ونهبوا النقود والأموال وصاروا يدوسون بأقدامهم
المصاحف ونسخ البخاري ومسلم وبقية كتب الحديث والفقه والنحو بعد أن نشروها في
الأزقة والبطائح وأخذوا أموال المسلمين واقتسموها كما تقسم غنائم الكفار.
وقال أحمد بن زيني دحلان في "الدرر
السنية" صحيفة 57 :"قال السيّد الشيخ علوي ابن أحمد بن حسن الحداد
باعلوي في كتابه "جلاء الظلام في الرد على النجدي الذي أضلّ العوام":
والحاصل أن المحقق عندنا من أقواله وأفعاله (أي محمد بن عبد الوهاب) ما يوجب خروجه
عن القواعد الإسلامية باستحلاله أمورًا مجمعًا على تحريمها معلومة من الدين
بالضرورة مع تنقيصه الأنبياء والمرسلين والأولياء والصالحين، وتنقيصهم كفرٌ بإجماع
الأئمة الأربعة" انتهى من كلام أحمد بن زيني دحلان.
فبان واتضح أن محمد بن عبد الوهاب هو وأتباعه
جاؤوا بدين جديد ليس هو الإسلام، وكان يقول من دخل في دعوتنا فله ما لنا وعليه ما
علينا ومن لم يدخل معنا فهو كافر حلال الدم والمال.
“Seorang mufti
madzhab Hanbali Syaikh Muhammaad bin Abdullah bin Humaid an-Najdi (w.1225 H)
dalam kitabnya al-Suhubu al-Wabilah 'ala Dhara-ih al-Hanabilah berkata tentang
Muhammad bin Abdul Wahhab: "Sesungguhnya dia (Muhammad bin Abdul Wahhab)
apabila berselisih dengan seseorang dan tidak bisa membunuhnya terang-terangan
maka ia mengutus seseorang untuk membunuhnya ketika dia tidur atau ketika ia
berada di pasar pada malam hari. Ini semua dia lakukan karena ia mengkafirkan
orang yang menentangnya dan halal untuk dibunuh." (Muhammad al-Najdi,
al-Suhubu al-Wabilah 'ala Dhara-ih al-Hanabilah, Maktabah al-Imam Ahmad, hal.
276).
Mufti madzhab Syafi'i dan kepala dewan pengajar di Makkah
pada masa Sultan Abdul Hamid Syekh Ahmad Zaini Dahlan mengatakan bahwa Muhammad
ibn Abdul Wahhab pernah mengatakan:
"Sesungguhnya aku mengajak kalian pada
tauhid dan meninggalkan syirik pada Allah, semua orang yang berada dibawah
langit yang tujuh seluruhnya musyrik secara mutlak sedangkan orang yang
membunuh seorang musyrik maka ia akan mendapatkan surga". (Ahmad Zaini
Dahlan, al-Duraru al-Sunniyah fi al-Raddi ’ala al-Wahhabiyah, Kairo: Musthafa
al-Babi al-Halabi, hal 46). Itulah pernyataan Muhammad ibn Abdul Wahhab
dan kelompoknya yang telah menghukumi umat Islam dengan kekufuran, menghalalkan
darah dan harta mereka serta mencabik-cabik kemuliaan nabi dengan melakukan
bermacam-macam bentuk penghinaan terhadapnya. Mereka juga terang-terangan
mengkafirkan umat sejak 600 tahun, dan orang yang pertama kali terang-terangan
dengan hal itu adalah Muhammad ibn Abdul Wahhab, ia mengatakan: "Aku telah
datang kepada kalian dengan agama yang baru". Ia meyakini bahwa Islam
hanya ada pada dia dan orang-orang yang mengikutinya dan bahwa manusia selain
mereka seluruhnya adalah musyrik.
Mufti Ahmad Zaini Dahlan juga menuturkan dalam kitabnya
Umara-u al Balad al Haram bahwa orang-orang Wahabi ketika memasuki Thaif mereka
melakukan pembantaian massal terhadap masyarakat dalam rumah-rumah mereka,
mereka juga membantai orang-orang tua dan anak-anak, rakyat dan pejabat, orang
mulia dan yang hina. Mereka menyembelih bayi yang sedang menyusu di depan ibunya.
Mereka juga membunuh manusia di rumah-rumah dan di toko-toko dan ketika
mereka menemukan sekelompok orang yang sedang belajar al-Qur'an, mereka
membunuh semuanya. Kemudian mereka masuk ke mesjid-mesjid dan membunuh siapapun
yang berada di dalam mesjid yang sedang ruku' atau sujud dan merampas uang dan
hartanya.
Kemudian mereka menginjak-injak mushaf, naskah kitab al Bukhari dan
Muslim dan kitab-kitab hadits, fikih dan nahwu setelah mereka membuangnya di
lorong-lorong jalan dan parit-parit serta mengambil harta umat Islam dan
membagikannya sesama mereka layaknya membagi harta rampasan (ghanimah) orang
kafir. (Ahmad Zaini Dahlan, Umara al-Balad al-Haram, hal. 297-298.
Ahmad Zaini Dahlan mengatakan: "Sayyid Syekh Alawi ibn
Ahmad ibn Hasan al Haddad Ba'alawi dalam kitabnya Jala-u al Dhalam fi al Raddi
'ala al Najdi al Ladzi Adhalla al 'Awam mengatakan: Kesimpulannya bagi orang
yang mencermati perkataan dan prilaku Muhammad ibn Abdul Wahhab akan mengatakan
bahwa ia (Muhammad ibn Abdul Wahhab) telah menyalahi kaidah-kaidah Islam karena
ia menghalalkan perkara-perkara yang disepakati akan keharamannya dan status
haram tersebut telah diketahui dalam agama oleh semua umat baik yang alim
ataupun yang bodoh sekalipun. Juga pelecehannya terhadap para nabi dan rasul,
para wali dan orang-orang yang shalih. Pelecehan seperti ini adalah kekufuran
dengan ijma' para imam yang empat. Demikian pemaparan Ahmad Zaini Dahlan. (Lihat
al-Durar al-Sunniyah fi al-Raddi ’ala al-Wahhabiyah hal. 57)
Dengan demikian menjadi jelas bahwa Muhammad ibn Abdul
Wahhab dan para pengikutnya datang dengan membawa agama baru dan bukan membawa
agama Islam. Dia pernah mengatakan: "Barang siapa yang masuk dalam dakwah
kita maka baginya hak sebagaimana hak kita dan barang siapa yang tidak masuk
dalam dakwah kita maka dia kafir halal darah dan hartanya.” (Muhammad bin
Abdul Wahhab, Kasyfu al-Syubuhat, Saudi Arabia: Kementerian Wakaf dan Urusan
Islam, hal. 7).
Demikian halnya dengan fatwa-fatwa ulama Wahabi yang menuduh secara keji bahwa umat Islam yang berziarah ke makam Ulama sebagai “Penyembah Kubur” sehingga dihukumi musyrik seperti fatwa Syaikh Bin Baz:
مَنْ كَانَ يُصَلِّي
وَيَصُوْمُ وَيَأْتِي بِأَرْكَانِ اْلإِسْلاَمِ إِلاَّ أَنَّهُ يَسْتَغِيْثُ
بِاْلأَمْوَاتِ وَالْغَائِبِيْنَ وَبِالْمَلاَئِكَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ فَهُوَ
مُشْرِكٌ، وَإِذَا نَصَحَ وَلَمْ يَقْبَلْ وَأَصَرَّ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى مَاتَ
فَهُوَ مُشْرِكٌ شِرْكًا أَكْبَرَ يُخْرِجُهُ مِنْ مِلَّةِ اْلإِسْلاَمِ، فَلاَ
يُغْسَلُ وَلاَ يُصَلَّى عَلَيْهِ صَلاَةَ الْجَنَازَةِ وَلاَ يُدْفَنُ فِي
مَقَابِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَلاَ يُدْعَى لَهُ بِالْمَغْفِرَةِ وَلاَ يَرِثُهُ
أَوْلاَدُهُ وَلاَ أَبَوَاهُ وَلاَ إِخْوَتُهُ الْمُوَحِّدُوْنَ وَلاَ نَحْوُهُمْ
مِمَّنْ هُوَ مُسْلِمٌ لاِخْتِلاَفِهِمْ فِي الدِّيْنِ؛ لِقَوْلِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « لاَ يَرِثُ الْمُسْلِمُ الْكَافِرَ، وَلاَ
الْكَافِرُ الْمُسْلِمَ » رَوَاهُ الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ (فتاوى اللجنة الدائمة
للبحوث العلمية والإفتاء – ج 1 / ص 75)
“Barangsiapa
yang salat, berpuasa dan menjalankan rukun-rukun Islam, hanya saja ia
beristighatsah dengan orang mati, orang yang ghaib, malaikat dan lainnya, maka
ia Musyrik. Jika ia diberi nasehat dan tidak menerima serta masih tetap
melakukan hal itu hingga ia mati, maka ia Msurik dengan syirik besar yang
menyebabkan ia keluar dari Islam. Maka mayatnya tidak boleh dimandikan, tidak
disalati, tidak dikubur di pemakaman umat Islam, tidak didoakan dengan ampunan,
tidak boleh memberi waris dan tidak boleh menerima warisan, karena beda agama.
Nabi bersabda: Seorang Muslim tidak boleh memberi warisan kepada orang kafir.
Dan orang kafir tidak boleh memberi warisan kepada orang Muslim (HR Bukhari dan
Muslim)” (Fatawa al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta’ 1/75)
Ditulis Oleh: Ustaz Ma'ruf Khozin
No comments: