Select Menu

clean-5

Wisata

Budaya

Kuliner

Kerajaan

kota

Suku

» »Unlabelled » Hubungan Mesra dan Harmonis Antara Sahabat dan Ahli Bayt Nabi: Analisis Ilmiah Dari Kitab-Kitab Syiah Bhg I



Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya dan memohon pertolongan-Nya.Kami juga memohon perlindungan kepada-Nya terhadap keburukan-keburukan hawa nafsu kami, serta berlindung terhadap akibat perbuatan buruk kami. Barangsiapa diberi karunia hidayah oleh Allah, niscaya ia akan mendapatkan hidayah. Barangsiapa disesatkan Allah, maka tidak ada siapapun yang dapat memberinya petunjuk.


Telah masyhur kebiasaan orang-orang syi’ah yang suka sekali menyebarkan kisah polemik antara sahabat dan ahlu bayt Nabi rodhiyallohu ‘anhum dan isu kedholiman Sahabat kepada Ahlu bayt Nabi. Tujuan dan maksud mereka tidaklah lain untuk menanamkan keraguan dan kebimbangan pemikiran dikalangan awam, sehingga pada akhirnya mereka dapat dengan mudah berhasil menanamkan aqidah sesat mereka.


Di dalam artikel ini, saya akan membahas tentang jalinan kasih sayang di antara sahabat dan ahlu bayt radhliyallahu 'anhum. Akan tetapi sebelum itu , penulis ingin mengingatkan akan sebuah nasihat yang indah dari sahabat Nabi yang mulia Sa’ad bin Abi Waqqosh radhiyallohu ‘anhu. Beliau berkata : manusia (ummat Muahmmad) – dipandang dari sisi zaman - terbagi kedalam tiga manzilah , telah berlalu masa dua manzilah, dan masih tersisa satu , maka yang terbaik yang dapat kalian lakukan ialah berusaha untuk masuk kedalam manzilah yang tersisa itu, kemudian beliau membaca ,


}لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ} [الحشر:8[

Artinya :
(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar (Al-Hasyr. 8).


Kemudian beliau berkata : mereka (yang disebut dalam ayat diatas) adalah (sahabat) muhajirin , ini adalah manzilah (pertama) , dan telah berlalu masa mereka , lalu melanjutkan membaca ,

}وَالَّذِينَ تَبَوَّأُوا الدَّارَ وَالْأِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [الحشر:9[


Artinya :

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.(Al-Hasyr. 9).


Beliau melanjutkan , mereka itulah (sahabat) Anshor , ini adalah manzilah (kedua) , dan telah berlalu (pula) masa mereka , kemudian membaca:


}وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْأِيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ} [الحشر:10[

Artinya :
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."(Al-Hasyr. 10).


Telah usai dua manzilah dan tersisa satu (manzilah ini), maka yang terbaik bagi kalian berusaha untuk dapat masuk kedalam manzilah yang tersisa itu.Ya rabb, jadikanlah kami termasuk kedalam manzilah yang tersisa itu , janganlah engkau haramkan atas kami karuniamu , jangan engkau cegah kami dari rahmatmu , amin.


Telah ditetapkan dalam kitab-kitab mu’tabar (diperhitungkan/terpercaya) dari kalangan ulama syi’ah sendiri, hadist-hadist yang menjelaskan fakta dan hakikat yang bertentangan dengan apa yang keluar dari lisan mereka. Bahwa kitab-kitab tersebut menjelaskan kedekatan hubungan kedua belah pihak (sahabat dan ahlu bayt). Itulah mengapa jarang kita jumpai kitab–kitab syi’ah beredar umum di book stores, itu karena dalam kitab-kitab mereka sendiri banyak pemahaman yang bersifat tanaqudh (kontradiktif) dengan apa yang telah mereka sampaikan dan yakini selama ini.


Kasih sayang di antara sahabat dan ahlu bayt tetaplah terjalin sekalipun pernah terjadi perselisihan di antara mereka. Inilah hakikat yang ada,walaupun para pembohong sengaja menyembunyikannya, Hakikat ini akan tetap menjadi sinar terang yang akan membantah anggapan-anggapan yang salah dari kaum syi’ah (rofidhoh). Anggapan dan khayalan yang selalu mereka hembuskan untuk memuaskan hawa nafsu yang ambisius, demi mencapai tujuan mereka,sekaligus memecah belah dan menyilangselisihkan umat ini.


Sebenarnya banyak sekali dalil yang menjelaskan baiknya hubungan sahabat dan ahlu bayt Nabi rodhiyallohu ‘anhum.Berdasar dengan penkajian mendalam pada kitab ulama syi’ah, supaya kita mengetahui dengan sebenarnya fakta yang terpendam selama ini.Disini saya membagi setidaknya menjadi empat pokok pembahasan :


1.  Jalinan perkahwinan (mushoharoh) antara sahabat dengan ahlu bayt nabi.
2.   Ahlu bayt memberi nama anak-anak mereka dengan nama-nama sahabat yang masyhur begitu pula           sebaliknya.
3.      Saling puji antara sahabat dan ahlu bayt.
4.      Ahlu bayt meriwayatkan hadist dari sahabat begitu pula sebaliknya.


I.JALINAN PERKAHWINAN ANTARA SAHABAT DAN AHLU BAYT


Tidak dapat dipungkiri adanya ikatan kekeluargaan yang erat diantara sahabat dan ahlu bayt, fakta ini hanya akan membuat sempit hati pendengki dan pencaci sahabat, bagaimana tidak, bukankah sudah menjadi fitrah manusia, seseorang tidak akan menikahkan putri atau saudarinya dengan orang yang tidak dia cintai, lebih lagi kepada orang yang memusuhinya.Fakta sejarah ini telah ditetapkan dalam kitab tarikh ahlu sunnah dan syi’ah.


         i.           Pernikahan Umar ibn khottob dengan Ummu kultsum bintu Ali bin Abi tholib, dari pernikahan ini lahirlah Zaid dan Ruqoyyah.

محمد بن أحمد بن يحيى عن جعفر بن محمد القمي عن القداح عن جعفر عن ابيه عليه‌السلام قال : ماتت ام كلثوم بنت علي عليه‌السلام وابنها زيد بن عمر بن الخطاب في ساعة واحدة لا يدرى ايهما هلك قبل فلم يورث احدهما من الآخر وصلى عليهما جميعا

Muhammad bin ahmad dari Yahya dari ja’far bin Muhammad Al qummi dari Alqoddah dari Ja’far dari ayahnya (Muhammad Al bagir) ‘alaihis salam, berkata :”telah wafat Ummu kultsum putri Ali ‘alaihi salam beserta anaknya pada saat bersamaan, tidak diketahui siapa diantara keduanya yang wafat terlebih dahulu, sehingga kedunay tidak saling mewarisidan mereka disholati bersama”. (Tahdzibul ahkam, karya Abu ja’far Muhammad bin Al hasan bin Ali bin Al hasan At thusiy, juz 9. Dan Wasailu syi’ah, karya As syaikh Muhammad bin Al hasan Al hur Al ‘amiliy, jus 26).


Riwayat ini memang tidak menjelaskan secara eksplisit perkawinan Umar bin khottob dengan Ummu kultsum , tetapi jelas sekali disitu disebutkan bahwa ayah dari putra Ummu kultsum binti Ali bin Abi tholib adalah Umar bin Khottob rodhiyallohu ‘anhum ajma’in.


Sudah barang tentu perkahwinan agung tersebut tidak boleh terbantahkan bagai sinar matahari di siang hari lagi cerah, sungguhini adalah kenyataan pahit bagi pembenci sahabat mulia Umar bin khottob( رضى عنه الله ), lalu apakah mereka pasrah dan menerima begitu saja kenyataan ini? Tentu saja tidak, mereka kerahkan segala upaya untuk “lari” dari fakta sejarah ini.


Diantara mereka bahkan menyangkal kesahihan riwayat perkahwinan Ummu kutsum dengan Umar bin khottob, mereka menilai riwayat tersebut palsu, khurafat, dan tidak lebih dari dongeng buatan ahlu sunnah. Namun semua tuduhan itu berbalik kepada mereka, catatan pernikahan tersebut ada pada kitab hadist yang paling dapat diandalkan Syiah, Al - Kafi . Ada setidaknya empat Hadis dikaitkan dengan imam ja’far as sodiq ( رضى عنه الله )yang menegaskan pernikahan Ummu Kulthum ( رضى الله عنها ) dengan Umar ( رضى عنه الله ) . Bahkan , pada juz 5 dalam Kitab Pernikahan ( Kitab an- Nikah ) di Furuu’ Al - Kafi terdapat bab khos didedikasikan untuk pernikahan Umm Kulthum ( رضى الله عنها ) dan disebut “ Bab Tazwij Umm Kulthum” .


Adapula diantara mereka yang menjelaskan bahwa bagaimanapun perkawinan tersebut tidak menciptakan atau setidaknya menggambarkan adanya jalinan kasih sayang antara sahabat dan ahlu bayt, hal itu berdasar pada riwayat berikut :


Riwayat pertama :

محمد بن أبي عمير، عن هشام بن سالم، عن أبي عبد الله (عليه السلام) قال: لما خطب إليه قال له أمير المؤمنين: إنها صبية قال: فلقى العباس فقال له: مالي أبي بأس؟ قال: وما ذاك؟ قال :خطبت إلى ابن أخيك فردني أما والله لأعورن زمزم ولا أدع لكم مكرمة إلا هدمتها و لأقيمن عليه شاهدين بأنه سرق ولأقطعن يمينه فأتاه العباس فأخبره وسأله أن يجعل الامر إليه فجعله إليه.

Muahammad bin Abi Umair dari Hisyambin Salim dari Abi Abdillah (AS) berkata :Ketika Umar meminang kepada Amiral-Mu'minin, dia berkata, "Dia masih  anak kecil." Kemudian dia (Umar) bertemu Abbas dan bertanya, "Apa yang salah dengan saya? Apakah ada masalah dengan saya? "Tanya Abbas, 'Kenapa?' Umar menjawab, 'Aku meminta keponakan Anda untuk menikahkan saya dengan putrinya, dan dia menolak saya. Oh, saya bersumpah demi Allah, saya akan mengisi (menutup) sumur Zamzam dengan tanah, aku akan menghancurkan setiap kehormatan yang kalian miliki, dan aku akan mendatangkan dua saksi untuk bersaksi bahwa dia (telah) mencuri, supaya aku memotong tangan kanannya. 'Abbas kemudian datang ke Ali dan memberitahukan apa yang telah terjadi. Dia meminta Ali untuk menempatkan masalah ini di tangannya (umar)[1] , dan Ali memenuhi. " (Al kafi, al kulaini, juz 5, hal.346)



Riwayat kedua :

علي بن إبراهيم عن أبيه عن ابن أبي عمير عن هشام بن سالم وحماد عن زرارة عن أبي عبد الله (ع) في تزويج أم كلثوم فقال: إن ذلك فرج غصبناه

Diriwayatkan Ali bin Ibrahim dari ayahnya dari Abi Umair dari Hisyam bin salim dari Zuroroh dari Abi Abdillah ‘alaihi salammengatakantentang pernikahanUmmKulthum: "Itu adalah vagina yangkita dipaksauntuk memberi."(Al kafi, al kulaini, juz 5, hal.346).


Saya katakan:

Kita boleh ambil kesimpulan penting dari riwayat pertama :

1.      Riwayat itu tidak menafikan adanya pernikahan antara Ummu kulthum dengan Umar bin khottob, tetapi justru sebaliknya.

2.      Tidakkah mereka berpikir bagaimana bisa Imam Ali bin Abi tholib seorang yang pemberani, perkasa, tidak diragukan lagi ketangguhannya di medan pertempuran memberikan putrinya begitu saja untuk menikah dengan Umar, seorang yang (menurut syi’ah) telah memukul istrinya (Fathimah putrid Nabi SAW) hingga anak yang dikandungnya mati?Ini membuktikan bahwa pada sejatinya syi’ah telah merendahkan derajat Imam Ali bin Abi tholib ( رضى عنه الله ) dan menggambarkannya sebagai pengecut, bagaimana tidak, bahkan orang berstatus rendah saja akan memiliki cukup keberanian untuk membela kehormatan keluarganya dan menolak memberikan putrinya kepada seorang pembunuh dan cabul.

3.      bukankah pernikahan yang dipaksakan itu tidak sah menurut hukum syari’at? Demi Allah, Imam Ali tidak akan membiarkan anaknya hidup bersama dengan laki-laki asing tanpa ada hubungan perkahwian yang syar’i? Demi Allah tidak satupun ahlu sunnah akan  menilai Imam Ali sedemikian rendahnya.


Dan pada riwayat kedua,

1.      perawi syi’ah menggunakan kata yang rendah, “farj” yang memilki arti “vagina” yang mengarah kepada putri Ali bin Abi tholib ( رضى عنه الله ),saudara Al hasan dan Al Husain, Ummu kultum( رضى الله عنها ) , ini meng-indikasikan kurangnya adab dan etika dalam berucap, dan itu tidak mungkin keluar dari lisan mulia Imam ja’far ( رضى عنه الله ), lebih lagi yang dibicarakan adalahputri Imam Ali dan Fathimah Az Zahra ( رضى الله عنهما ).Sungguh tidak pantas ucapan-ucapan yang seperti ini dinisbatkan kepada Imam Ja’far ( رضى عنه الله ).


2.      Selanjutnya, kata ghosob (غصب) tidak bisa diartikan sebagai perkahwinan, tentu konskuensi dari ucapan ini sangat buruk, yaitu tidak diakuinya perkahwinan yang sah antara Umar bin khottob dengan Ummu kultsum bintu Ali bin Abi tholib, padahal telah ditetapkan pada kitab-kitab mereka bahwa Zaid bin Umar bin khottob adalah putra Ummu kultsum bin Ali, itu berarti secara tidak langsung mereka menuduh telah terjadi perzinahan antara keduanya, sungguh ini adalah sesuatu yang nista. Bukankah mereka (orang-orang syiah) sudah pasti tidak rela hal-hal semacam ini terjadi pada keluarga mereka, lalu mengapa mereka nisbatkan hal yang sedemikian rendahnya kepada ahlu bayt Nabi SAW? Tampak jelaslah usaha mereka sia-sia.Wallahul musta’an.


      ii.            Pernikahan antara Imam Muhammad Al bagir dengan Ummu Farwah cucu dari Abu bakar As siddiq :
Dalam kitab Al kafi, karya Abu ja’far Muhammad bin Ya’qub l kulayni, juz 1, bab “Maulid (kelahiran) Abi Abdillah ja’far bin Muhammad (as)”

ولد أبو عبد الله عليه السلام سنة ثلاث وثمانين ومضى في شوال من سنة ثمان وأربعين ومائة وله خمس وستون سنة ودفن بالبقيع في القبر الذي دفن فيه أبوه وجده والحسن ابن علي عليهم السلام وأمه أم فروة بنت القاسم بن محمد بن أبي بكر وأمها أسماء بنت عبد الرحمن بن أبي بكر.

Abu Abdillah (as) dilahirkan pada tahun 83 hijriah, dan meninggal pada bulan Syawwal tahun 148 H, dalam usia 65 tahun, disemayamkan di Baqi’, di kompleks pekuburan ayahnya dan kakeknya dan Al hasan (عليهمالسلام), ibunya adalah Ummu Farwah bintu Al qosim bin Muhammad bin Abu bakar, dan ibu dari Ummu Farwah adalah Asma’ binti Abdurahman bin Abu bakar.

Dalam kitab ‘Umdatu tholib, karya Ibnu ‘Anbah, hal 195.

وأمه أم فروة بنت القاسم الفقيه ابن محمد بن أبي بكر. وأمها أسماء بنت عبد الرحمان بن أبي بكر، ولهذا كان الصادق " ع " يقول: ولدني أبو بكر مرتين

Ibunya (Imam ja’far) adalah Ummu farwah bintu Al qosim Al faqih bin Muhammad bin Abu bakar. Dan ibu (dari ibu Imam Ja’far) adalah Asma’ bintu Abdurahman bin Abu bakar, karena inilah Imam Ja’fa As sodiq berkata : Abu Bakar telah melahirkan aku dua kali.


    iii.            Pernikahan antara Imam Ali bin Abi tholib ( رضى عنه الله ) dengan Asma’ binti Umays sepeninggal Abu bakar As siddiq, diriwayatkan bahwa Imam Ali mengasuh Muhammad bin Abu bakar dengan segenap rasa cintanya, beliau tidak membedakannya dengan anak-anaknya yang lain, bahkan beliau berkata : Muhammad (bin Abi bakar) adalah anakku dari sulbi Abu bakar. (kitab Ad durrotu najafiyyah Syarah Nahjul Balaghoh, karya Ad danbaliy Al imami)


PENUTUP

Dalam kitab Mustadrok al wasail, karya Mirza Husain An nuri At thobrosi disebutkan sebuah riwayat hadist :
أخبرنا عبد الله ، أخبرنا محمد ، حدثني موسىقال : حدثنا أبي ، عن أبيه ، عن جده جعفر بن محمد ، عن أبيه ، عن جده علي بن الحسين ، عن أبيه ، عن علي ( عليهم السلام ) قال : « قال رسول الله ( صلى اله عليه وآله ) : إذا أتاكم من ترضون دينه وأمانته فزوجوه ، فإن لم تفعلوا تكن فتنة في الأرض وفساد كبير.

Abdullah mengatakan kepada kami, mengatakan kepada kami bahwa Muhammad, Musa mengatakan kepada saya, dia berkata: Ayah saya mengatakan kepada kami, dari ayahnya, dari kakeknya, Ja'far bin Muhammad, dari ayahnya, dari kakeknya, Ali Bin AlHussein, dari ayahnya, Ali(as) berkata: «Rasulullah (SAW Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridhoi agama dan amanatnya maka nikahkanlah ia, jika tidak kalian lakukan maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang luas.


Lalu perhatikan riwayat berikut dalam kitab Al mabsut fi fiqhil Imamah :

زوج فاطمة عليها السلام عليا وهو أمير المؤمنين صلوات الله وسلامه عليه، وأمها خديجة أم المؤمنين، وزوج بنتيه رقية وأم كلثوم عثمان، لما ماتت الثانية، قال: لو كانت ثالثة لزوجناه إياها

(Nabi SAW) menikahkan putrinya Fathimah (عليها السلام) kepada Ali dan dia adalah amirul mu’minin (صلوات الله وسلامه عليه), ibunya (Fathimah) ialah Khadijah ummul mu’minin, dan menikahkan (pula) dua putrinya, Ruqayyah dan Ummu kulthum kepada Utsman, setelah meninggal yang kedua (Ummu kulthum), Nabi SAW bersabda : seandainya masih ada yang ketiga niscaya aku akan menikahkannya kepada Utsman.


Tidak diragukan lagi bahwa Nabi SAW menikahkan putri-putrinya kepada orang yang dia ridhai agama, amanat, dan akhlaknya. Barangsiapa yang berpikir sebaliknya , sungguh dia telah menuduh Nabi SAW berpura-pura, tidak menjalankan syari’at dengan sebenarnya, dan itu adalah kekufuran yang nyata.


Adapun keadan Ahlu bayt Nabi SAW tidaklah jauh berbeda, mereka adalah manusia-manusia yang mendapatkan langsung tarbiyyah al muhammadiyyah, mereka adalah panutan ummat setelah nabi-nya. Mereka tidak akan memberikan putrid-putri mereka kepada orang jahat. Pada akhirnya ini semua dikembalikan kepada pembaca, manakah daripada dua versi sejarah itu yang lebih diterima oleh hati nurani kita masing-masing.




[1] Maksudnya Abbas meminta Imam Ali untuk memenuhi permintaan Umar.

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply

Kerajaan